09 September, 2007

Stop Piracy

pembajakan dunia musik
Yang Penting Niatnya, Bro!

Udah lama banget Peace nggak ngebahas soal pembajakan kaset/CD. Nah, sekarang Peace pengen ingetin lagi gimana sih kita seharusnya ngadepin tren pembajakan yan luar biasas ini. Coba deh baca yang berikut dan kita renungin lagi.

Jaman cepat sekali berubah. Kemajuan teknologi memegang peran utama dalam perubahan jaman ini. Hal ini tentu juga mempengaruhi bagaimana kita dengerin musik. Kalo selama ini dengerin musik itu lewat radio, tape recorder dan konser maka sekarang fungsi tape recorder sudah tergeser dengan MP3 player. Hape tentu menjadi salah satu bagian dari bermacam bentuk MP3 player.
Di kota mojokerto hanya ada 2 toko kaset yang agak serius jualan kaset. Di sisi lain kita bisa lihat di setiap jalan protokol ada penjual VCD dan CD MP3 bajakan. Kenyataannya nggak ada CD MP3 yang original. Satu-satunya beli MP3 yang legal adalah lewat internet dan harganya sekitar $1 per lagu. Bayangin aja kalo kita pengen MP3 legal dari album terbaru Ungu maka kita harus keluar uang lebih dari 100 ribu rupiah. Dengan membeli CD MP3 bajakan yang harganya nggak sampe 10 ribu, kita bisa dapat beberapa album dari band-band yang berbeda.
Padahal jika pikir dengan logika dan hati kita, maka kita akan sadar bahwa musik Indonesia akan mati kalo pembajakan kita terusin. Kalo kita nikmatin sebuah musik tanpa membeli kaset/CD original tentu itu sama aja dengan mencuri hak dari penyanyi itu.
Masak kita mau sih jadi pencuri?
Lalu bisa nggak sih kita terbebas dari musik bajakan?
Kita cuma dengerin MP3, bukan kaset, lalu beli di mana yang tetap terjangkau?
Gimana caranya?
Peace punya cara yang tentu ini bukan langkah yang 100% legal secara hukum. Namun setidaknya jika pismania ngikutin cara ini, musisi Indonesia masih akan ngedapetin hak-haknya secara wajar. Cara ini bisa kita lakuin sampe suatu saat nanti ketika industri musik juga merubah caranya berjualan.
Memang, ada yang perlu diubah dalam sistem penjualan karya musik. Dan perlu tahu aja, Peace juga nyampein usulan perubahan cara penjualan ini ke forum musik nasional yang semoga seuatu saat nanti ada yang mau dengerin.

Cara Peace Hadapi Pembajakan
Jaman sekarang kita nggak mungkin menghindari MP3 dalam menikmati musik. Keluwesan MP3 yang bisa diputar di MP3 player, komputer atau juga hape membuat kita semakin dimudahin dalam nikmatin musik. Makanya di redaksi Peace pun, file-file musik termasuk MP3 juga tersedia.
Namun, jangan marah dulu sama Peace. Peace hanya meng-copy MP3 dari lagu-lagu yang Peace udah beli kaset originalnya. Bahkan beberapa file bukan dalam format MP3, melainkan WMA, karena Peace meng-copy dari CD original yang telah Peace beli. Tapi, bukankah Peace berarti tetap menggandakan?
Iya, makanya Peace bilang ini bukan langkah yang 100% legal. Namun setidaknya Peace hanya menikmati musik dari penyanyi yang Peace sudah beli produk aslinya. Dengan membeli kaset atau CD original, Peace tetap menghargai penulis dan penyanyi lagu tersebut.
Sempat ada sih lagu-lagu yang Peace copy sedangkan kaset aslinya belum kami beli, namun itu pasti hanya sebatas untuk mengenali musiknya. Selanjutnya Peace akan menghapus atau kalau ingin melanjutkan menikmati, Peace akan beli kaset/CD-nya.
Makanya nggak heran kalo koleksi kaset yang ada di redaksi Peace bisa dibilang belum pernah diputar di tape recorder. Paling Peace hanya membuka covernya sambil dengerin musiknya di komputer.
Nah, gimana dengan pismania? Jangan nikmatin MP3 dong kalo belum bayar ke penyanyinya. Kasihan kan penyanyinya dapat uang dari mana? Kalo kamu tetap menikmati MP3 tanpa membeli produk originalnya ya berarti kamu mencuri hak penyanyi tersebut loh…

Bukan Cuma Alasan Ekonomi
Sekilas memang alasan ekonomi yang menjadi dasar menyebarnya pembajakan. Namun terkadang orang lupa bahwa maslaah utamanya bukan di situ. Buktinya, bisnis ring back tone (RBT) atau nada sambung pribadi (NSP) laris manis.
Inilah anehnya orang Indonesia. Terutama ya kita-kita ini dari generasi muda. Kita dengan santai beli bajakan dengan alasan ekonomi tapi tetap aja berganti-ganti RBT untuk hape kita. Padahal kita tahu harga RBT per lagu per bulan mencapai 10 ribu rupiah. Dari RBT ini seorang pelajar bisa ngeluarin uang lebih dari 20 ribu per bulan karena berganti-ganti RBT.
Nah, kalo setiap bulan kita “membuang” uang untuk RBT kenapa nggak kita alihin aja untuk beli kaset yang cuma 20 ribu rupiah. Kita tahu juga kan kenikmatan RBT itu kan semu. Kita sendiri nggak pernah dengerin lagunya, sedangkan orang lain yang dengerin (karena nelepon kita) juga belum tentu nikmatin RBT kita.
So, hentikan aja deh kebiasaan pasang RBT di hape kita. Mending kita beliin kaset original. Dengan begitu kita menghormati penyanyinya sekaligus kita bisa bangga karena punya produk original yang bisa kita simpan sepanjang masa.
Menurut Peace, RBT memang sesuatu yang mubazir. Pelajar Mojokerto ada yang merasa biasa ganti RBT sedangkan di sisi lain untuk baca Majalah Peace yang harganya cuma empat ribu lima ratus rupiah (edisi regular) aja, PINJEM!! Hayo siapa? Ngaku aja deh… Asli malu! *(HM18)

peace dream: arah pendidikan

Sebuah Cita-Cita Itu…

Banyak orang yang meremehkan cita-cita. Banyak yang membiarkan hidup mengalir tanpa harus punya target yang harus dicapai. Mereka menganggap cita-cita tak begitu ada gunanya. Mungkin banyak yang setuju dengan itu, tapi tidak bagi Peace. Cita-cita dan impian adalah sebuah syarat bagi kita untuk berkembang. Tanpa cita-cita berarti mematikan potensi kita sebagai makhluk yang sempurna.

Begitu juga dengan Majalah Peace. Majalah ini hidup karena mempunyai tujuan dan impian. Lalu apa aja sih impian Majalah Peace? Berikut ini sebagian (dari sekian banyak) cerita tentang pemikiran dan konsep yang mendasari hidupnya Majalah Peace.
Negara kita ini sedang mengalami masa ketidakpastian. Banyak hal yang sebenarnya ditunggu saat reformasi 9 tahun lalu, sampai kini tak ada tanda-tanda perubahan yang berarti. Perekonomian masyarakat ya seperti ini aja, nggak maju-maju. Yang kaya makin kaya sedangkan yang miskin tetep aja miskin. Korupsi semakin ngetren. Pendidikan untuk masyarakat miskin belum terlihat. Kesehatan masih menjadi banyak kendala di masyarakat. Apa yang bisa kita perbuat untuk mempercepat perubahan itu? Atau kita hanya diam dan menunggu? Tapi sampai kapan?
Karena keadaan yang serba nggak pasti ini kehidupan masyarakat cenderung tak berarah. Pendidikan yang di manapun menjadi sesuatu yang sangat penting, di Indonesia menjadi sesuatu yang bisa dikesampingkan. Hal ini juga berlaku di Mojokerto.
Nah, kalo kita nunggu perubahan dari Jakarta (maksudnya pemerintah pusat), rasanya bakal sangat lama. Lebih baik kita mulai dari Mojokerto aja.
Pelajar, sebagai pemegang kendali di masa depan adalah generasi yang perlu diselamatkan dari serba ketidakpastian yang mungkin sudah menjangkiti orangtuanya. Seringkali orangtua menyuruh anaknya untuk berhenti sekolah padahal di sisi lain mereka bisa membeli barang-barang keperluan rumah tangga yang termasuk “tidak mendesak”.
Ini yang harus kita stop. Kamu harus berjuang untuk tetap bersekolah apapun yang terjadi, bahkan ketika ada perintah dari orangtua untuk berhenti sekolah. Dengan cara yang sopan kamu harus bisa nyadarin ortu agar utamain pendidikan buat kamu. Mereka harus ingat bahwa kamu akan hidup di masa depan yang akan sangat berbeda dengan sekarang. Mereka harus ingat bahwa kamu akan hidup di masa depan yang jauh lebih keras dari jaman sekarang.
Nah, setelah sadar akan pentingnya sekolah, gantungkan cita-cita kamu setinggi mungkin. Kalo pada akhirnya nanti kita nggak mencapai target tertinggi minimal kita bisa mendapat hasil yang sudah lumayan tinggi.
Ini dia harapan Majalah Peace kepada kamu pelajar Mojokerto:

SD - SMP - SMA = Di Mojokerto
Kuliah S1 = Di Perguruan Tinggi Negeri yang terkemuka
Kuliah S2 = Dapat beasiswa di luar negeri
Kuliah S3 = Dapat beasiswa di luar negeri
Post Doctoral = Beasiswa juga di luar negeri
Kerja = Kerja selama 3-4 tahun di perusahaan luar negeri
Pulang = Pulang ke Mojokerto lagi untuk bangun Mojokerto

Salin ke dalam buku kamu impian di atas. Pastiin kamu mempunyai harapan ke sana. Apapun disiplin ilmu yang kamu ambil, pastikan langkah-langkah di atas bisa kamu capai. Ingat, hanya kita sendiri yang bisa merubah nasib kita. Dan jangan menyerah pada nasib kita.
Sebagai usaha untuk mewujudkan itu semua, persiapin dari sekarang. Belajar yang rajin. Bolehlah kita aktif di segala macam kegiatan, tapi pelajaran di sekolah tetap menjadi yang utama. Bilang ke ortu agar menabung untuk persiapan kamu kuliah S1. Perlu tahu aja bahwa fase terberat (dari sisi biaya dan kemauan) adalah saat kita masuk kuliah S1 karena hal ini sangat dipengaruhi keputusan ortu.
Jika kamu bisa melalui fase sulit itu, maka semua akan tergantung kamu sendiri. Kamu rajin dan bernilai bagus maka biaya kuliah sampai S3 pun nggak akan jadi masalah. Semua bisa gratis, bo’.
Ingat kan soal Kak Ciptanti yang kuliah S2 di Belanda dan S3 di Swedia. Semua gratis karena Kak Ciptanti mendapat beasiswa. Bahkan rencananya Kak Ciptanti bakal di Swedia sampai program Post-Doctoralnya selesai. Hebat banget kan…?
Kak Kunta yang selama ini sempat menjadi srtaf pengajar di UGM setelah lulus S1, rencananya akan berangkat ke Tokyo bulan depan. Beasiswa S2 sudah di tangan. Meski tak selancar Kak Ciptanti yang sekarang sudah ambil S3 namun Kak Kunta tetap mengejar impiannya untuk bisa melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Sebagai informasi Kak Ciptanti dan Kak Kunta adalah teman sebaya. Mereka sama-sama lulus SMA di tahun 1997.
Sepuluh tahun setelah kelulusan dari SMA ada yang baru ambil S2 ada yang sudah mau kelar S3-nya. Keduanya sama-sama berhasilnya. Selain jadi pengajar di UGM Kak Kunta selama ini banyak bekerja dengan lembaga internasional di Jogja. Ini yang membuat bahasa Inggris Kak Kunta udah cas-cis-cus. So, meski nggak langsung ambil S2 ketika lulus S1, kita masih bisa meningkatkan skill kita. Di mana ada kemauan, di situ PASTI ada jalan. *(HM18)

13 August, 2007

Keseimbangan

Tulisan ini pernah aku posting sebelumnya dan terhapus. Sekarang aku posting lagi

Baca review di milis, baca berita di koran, lihat berita di teve dan lihat video klip yang nggak lengkap. Hanya itu yang sampai hari ini bisa aku kerjakan untuk "menikmati" album baru Iwan Fals, 50:50. Baru hari ini aku bener-bener menikmati album itu seutuhnya karena baru kemarin aku bisa beli CD-nya ketika pergi ke Surabaya. Maklum karena tinggal di Mojokerto, kota yang kuwecil banget, aku nggak bisa beli CD di sini. Di Mojokerto cuma ada toko kaset, itupun nggak ada yang keren. Kecil dan disambi jualan yang lainnya...

Seperti di tulisanku yang berjudul "Langkah Kecil Untuk bangsa", aku selalu membeli kaset/CD yang memang aku suka musiknya. Meski selanjutnya aku copy di komputerku, setidaknya aku ingin memberi sedikit kontribusi kepada penciptanya dengan membeli karyanya. Beli kaset/CD asli adalah kewajiban ketika kita ingin menikmati lagu itu. Itu salah satu langkah kecil yang udah aku ambil.

Lumayan terkejut aku ketika aku baca cover di CD Iwan Fals. Di ucapan terima kasih yang biasa ditulis si artis dalam albumnya, Iwan menutup dengan pesan-pesannya kepada seluruh bangsa ini, setidaknya para pembeli karyanya. Pesan-pesan itu mungkin sedikit seirama dengan langkah-langkah kecil yang aku harapkan. Dan untuk orang dengan kapasitas seperti Iwan Fals tentu sudah pantas untuk menyampaikan pesannya lewat karyanya seperti ini. Tinggal kita yang baca aja, mau ngerjain atau enggak. Biar lengkap, pesannya pengen aku tulis di sini:
Tanamlah pohon, jangan disakiti. Hindari narkoba, jauhi judi, jaga diri, jangan sombong, jangan berbohong, jangan iri, jangan rendah diri, bersemangat & uletlah, jangan putus asa, jangan berhutang, lapang dadalah, pemaaf, bijaksana, jangan mengeluh, bantulah sesama, serta banyak lagi kata-kata indah yang harus segera kita beri makna. Damai di hati, damai dunia. Semoga.

Mungkin ajakan seperti ini terkesan klasik dan usang. Tapi sadarkah kita bahwa kondisi negara kita nggak akan membaik kalo kita mulai melakukan hal-hal usang seperti itu?

Tentang albumnya yang berjudul 50:50 pernah ada yang menulis bahwa 50% untuk kemanusiaan dan 50% untuk lagu cinta. Mungkin itu nggak salah, tapi menurutku akan lebih tepat jika dibilang 50% lagu ciptaan Iwan Fals sendiri, 50% lagu ciptaan penulis lain. Kenapa aku bilang lebih tepat, karena lagu sosialnya sebenarnya cuma 5 lagu dari 12 lagu yang dihidangkan. Sisanya yang 7 lagu adalah lagu tentang percintaan dengan pasangan kita. Namun, 1 lagi dari lagu cinta itu adalah ciptaan Iwan Fals sendiri yaitu yang berjudul KaSaCiMa. Lagu ini menurut ke-soktahu-anku adalah lagu yang ditulis Iwan Fals untuk istrinya. KaSaCiMa memang ditulis dengan kombinasi huruf besar dan kecil seperti itu. Pastinya itu untuk memperlihatkan bahwa KaSaCiMa adalah singkatan. Dalam lagu itu sendiri nggak ada kalimat yang menunjukkan kepanjangan dari judul itu seperti halnya TTM-nya Ratu. Di lagu itu hanya ada bait berikutini: Kasihku kasih terkasih/Sayangku sayang tersayang/Cintaku cintatercinta/Manisku manis termanis. Nah, dari bait itu kita tahu bahwa KaSaCiMa adalah singkatan dari kasih, sayang, cinta dan manis.

Atau bisa juga dibilang kalo judul album ini artinya adalah 50% lagu dari jiwa, 50% lagu untuk jualan. Meski ada lagu cintanya, semua lagu ciptaan Iwan Fals adalah lagu yang dari hati. Untuk jualan? Iya, aku pernah denger kalo Iwan harus tawar-menawar dengan Musica untuk bisa lebih banyak memasukkan lagu-lagu ciptaannya sendiri. Mungkin menurut sang produser, lagu ciptaan Iwan Fals bukanlah lagu yang "menjual" saat ini.

Jika kita melihat sejarah Iwan Fals yang pernah mengalami masa sepi. Masa di mana album barunya kurang diapresiasi oleh masyarakat di samping pemasungan yang dilakukan oleh orde baru. Masa-masa itu memang mengangkat Iwan Fals menjadi salah satu figur yang pantas dijuluki pahlawan. Namun secara ekonomi, Iwan mengalami masa-masa yang juga sulit terutama untuk keluarganya.

Di era setelah reformasi, Iwan kembali berusaha mengangkat namanya. Dan ketika albumnya "In Collaboration With" lebih laku dari pada album "Manusia Setengah Dewa", pihak produser mempertimbangkan lagi bahwa suara Iwan Fals itu memang laris namun jangan pake lagunya sendiri. Iwan Fals sendiri tentu juga menyadari bahwa dia juga perlu jualan. Nah, akhirnya lahirlah album 50:50 sebagai bentuk keseimbangan antara idealisme dan pekerjaan.

Desain covernya pun juga terlihat kesan 50:50. Warna pink yang tampak dari depan ternyata nggak memenuhi seluruh cover. Bila kita lihat secara utuh covernya, maka warna pink dan purple terlihat sama banyak. Anehnya, pink diperlihatkan di depan ketika cover dilipat. Dan juga, lirik-lirik lagu yang ditulis oleh penulis lain diletakkan di area yang juga berwarna pink. Sedangkan lagu ciptaannya sendiri diletakkan di bagian cover yang berwarna purple. Pink sendiri dipilih Iwan Fals untuk mengakomodir permintaan anaknya. So, rasanya jelas banget kalo Iwan Fals menunjukkan bahwa 50:50 adalah 50% dirinya sendiri dan 50% ruang di mana dia harus menerima pendapat orang lain.

Aku sendiri adalah pengagum berat Iwan Fals sejak dulu. Karena Iwan Fals sudah ngeluarin album ketika aku baru dilahirkan, tentu aku bisa dibilang "baru" mengenal Iwan Fals. Aku ingat sekali saat masih SMP aku membeli album pertama Iwan Fals. Album pertama yang aku beli dulu berjudul "Iwan Fals 1991". Kasetnya pun kini entah ke mana... Setelah itu, aku mulai beli album-album kompilasinya untuk mengenal lagu-lagu lamanya. Dan setiap ada album baru pun aku berusaha untuk nggak kelewatan.

Tahun 90-an itulah aku bener-bener jatuh hati sama Iwan Fals. Lagu-lagunya yang kontroversial semakin membuat aku kagum sama dia. Namun sayang karyanya sering mendapat hambatan dari penguasa saat itu. untuk tampil konser aja waktu itu, Iwan Fals sulit dapat ijin. Karena pemasungan itulah banyak karya Iwan Fals yang kurang dikenal oleh masyarakat. Mungkin karena aku cenderung kagum karena idealisme daripada musiknya, aku tetep aja selalu mencermati karya-karya Iwan Fals. Terkadang ada impian untuk main ke rumahnya dan berdiskusi ini-itu sambil meng-copy lagu-lagu di kasetku yang hilang dan kini nggak terbit lagi. Oh, seandainya... Kalo dibilang nge-fans, tentu aku nge-fans banget. Tapi kenyataannya itu nggak membuatku jadi anggota kumpulan-kumpulan pecinta Iwan Fals semacam OI. Untuk ngelihat langsung pun aku cuma pernah 2 kali. Pertama saat lihat konsernya ketika SMA di Jogja. Kedua saat aku ngeliput Soundrenaline di Bumi Marinir, Surabaya 2 tahun lalu. Biar aja aku kagumsendiri menurut versiku sambil bermimpi suatu saat mampir ke rumahnya.

Iwan Fals memang bukan sekedar selebritis. Dia artis kawakan yang masih nervous ketika menyanyi di depan kamera. Mungkin hal ini tak jauh beda dengan Chrisye. Chrisye adalah artis yang juga masih pemalu untuk bergaya di depan panggung. Mereka berdua jelas orang yang rendah hati dan jauh dari keangkuhan.

Kembali ke album 50:50, lagu yang bener-bener aku suka ketika pertama kali dengerin adalah lagu tentang Munir, Pulanglah. Lagu ini keren sayang nggak ada kata "Munir" sama sekali. Jadi, kalo aku nggak dapat informasi lain kalo lagu itu untuk Munir, mungkin aku nggak akan tahu kalo lagu itu tentang Munir. Beda dengan lagu "Bung Hatta" yang meski di dalam liriknya nggak ada kata Bung Hatta namun diberi judul Bung Hatta sehingga orang tahu itu membicarakan siapa. Namun yang paling asik dari lagu "Pulanglah" adalah ketika ada bait-bait yang dinyanyikan dengan menggunakan megaphone (kalo nggak salah sih...). Hal ini jelas berusaha melukiskan bagaimana cara Munir berjuang. Munir memang identik dengan megaphone. Berteriak lantang di tengah siang yang terik. Suaranya yang setengah habis tak menghentikannya berteriak menyampaikan kebenaran. Kenyataan ketika ada pihak yang mengharapkan kematiannya adalah bukti bahwa negara ini belum beres. Suara potongan adzan juga terdengar di laguini. Mungkin ini menunjukkan bahwa seorang Munir adalah orang yang taat pada agamanya.

Sudah saatnya kita berbuat sesuatu. Mengekor mereka tentu bukan hal yang memalukan, justru membanggakan. Mengekor mereka yang selalu menjaga keseimbangan.

Mojokerto, 15 Mei 2007

11 August, 2007

Mojokerto is Out There

Nggak ada yang lebih ngebahagiain aku bulan lalu selain ketika aku ngeliput A Mild Live Soundrenaline (AMLS) di Sirkuit Pantai Ria Kenjeran, Surabaya tanggal 5 Agustus kemarin. Selain acaranya yang memang heboh dan perfect banget, aku juga dapet kesempatan ngeliput secara resmi di acara ini. Bayangin aja pers majalah imut-imut (alias kecil dan lokal banget) seperti Peace ini bisa bersanding dengan pers Jakarta maupun Surabaya. Mmhh… it’s like a dream come true.

Setelah press-con (konferensi pers) sehari sebelumnya di Hotel Garden Surabaya, aku udah bisa tersenyum karena aku udah dapat id card sebagai pers. Mendapat id card pers ini berarti aku bisa ngeliput di ruang khusus pers. Aku pun pasti dapat ambil gambar hampir di seluruh tempat di belakang panggung. Untuk memotret kondisi panggung pun pers diberi tempat antara panggung dan pagar penonton. Btw, semua ini nggak bakal terwujud tanpa bantuan Pak Joko dan Bu Tya yang ada di HM Sampoerna Mojokerto. So, thanks a lot for both of you.
Memang sih menurutku acara yang secara resmi diperuntukkan untuk usia 18 tahun ke atas ini masih sulit diikuti oleh pismania yang masih pelajar. Selain acara diselenggarain di luar kota Mojokerto, acara ini juga baru kelar jam 12 malam. Nah, aku sendiri yang waktu itu berangkat jam 9 pagi, baru sampai di rumah pukul 1 dini hari. Makanya di edisi ini aku bakal banyak cerita ke pismania soal acara ini. Toh, ketika kamu nanti udah lulus SMA, AMLS dijamin masih bakal digelar.
AMLS memang patut banget menjadi even musik terbesar di Indonesia. Gimana nggak, penyelenggara (PT HM Sampoerna dan Deteksi Production) bukan hanya muasin para penontonnya tapi juga para artis yang mengisi acara dan juga pers yang meliputnya. Semua dibikin puas deh.
Pers mempunyai ruangan tersendiri untuk ngeliput acara ini. Di situ, pers mendapatkan fasilitas komputer, internet dan juga konsumsi. Semua artis pun dipastiin bakal masuk di ruang ini dan ngasih waktu bagi pers untuk tanya ini-itu. Penyelenggara juga ngasih feedback (lembar saran dan masukan) untuk diisi pers dan disampaikan ke penyelenggara. dari sini dipilih 3 wartawan yang dianggap memberikan masukan paling oke untuk diberi souvenir. Dan nggak nyangka banget kan kalo coretanku saat itu terpilih. Hmm.. kaos dan topi AMLS pun terpaksa aku bawa.
Bagi wartawan skala nasional, AMLS bukanlah liputan terbesarnya karena ada event lain (non-musik) yang lebih besar. Tapi bagiku ini jelas merupakan liputan terbesar. Bayangin aja deh ada majalah tingkat kabupeten bisa ikutan acara heboh kayak gini. Dan serius juga nih kalo aku bilang bahwa nggak ada wartawan dari Mojokerto yang ngeliput resmi di sini.
Ternyata rasa senang ini nggak terhenti sampai di sini. Malam itu juga sesampai di rumah aku ngecek email di rumah. Ada email dari Lambertus, piscrew yang lulus SMA tahun ini. Dia kasih kabar kalo dia dapat beasiswa dari Sampoerna Foundation. Ah, lagi-lagi dari Sampoerna kabar bahagia ini.
Lambertus terpilih menjadi salah satu dari 40 mahasiswa baru yang mengajukan program beasiswa ke Sampoerna Foundation. Nah, bangga banget kan dengerin kabar ini. Dua tahun lalu Lambertus adalah satu-satunya pelajar yang resmi menjadi piscrew. Sekarang dia punya prestasi seperti itu. Bener-bener deh nggak salah aku dulu pilih orang.
Sebenarnya Lambertus udah masuk 40 penerima beasiswa sejak Juli kemarin. Namun, hal ini bisa gugur jika Lambertus nggak diterima di perguruan tinggi yang disyaratkan Sampoerna Foundation. Nah, ketika kemarin dia baca pengumuman SPMB dan namanya muncul di sana, beasiswa pun otomatis di tangan. Selamat ya Lambertus… Moga prestasimu mengilhami pelajar-pelajar lain di Mojokerto.
Oh ya, di edisi ini sengaja aku pilih lagi poster dari Harry Potter karena permintaan dari banyak pismania. Nggak nyangka deh ternyata banyak banget Harry Potter mania di Mojokerto ini. Semoga poster kali ini bisa menambah koleksi Harry Potter kamu. Sedangkan buat pismania yang bulan lalu kehabisan Peace semoga kali ini nggak kehabisan lagi. Peace udah cetak lebih banyak kok kali ini.
Di edisi ini memang Peace banyak ngasih perubahan. Mungkin ini terpengaruh tema AMLS, Sounds of Change. Ayo deh kita rubah diri kita untuk menjadi lebih baik. tapi jangan lupa untuk tetap say no to drugs, say no to violence, just say peace…

Pisman
Hasyim MAH

19 June, 2007

Hard Work To Get Fun

Di suatu hari di bulan Mei, aku bersama piscrew pergi ke Surabaya untuk nonton film yang akan diangkat dalam Pismovie bulan Juni, Spiderman 3. Sayang nggak semua piscrew bisa ikutan. Padahal momen seperti ini bertujuan agar antar-piscrew bisa jadi lebih akrab dan punya pengalaman yang mungkin nggak dimiliki oleh pelajar-pelajar lainnya.

Di tanggal 25 di bulan yang sama, piscrew diundang oleh Bandung Distro dalam acara jumpa fans Repvblik di sebuah cafĂ© di Sidoarjo. Ternyata bukan hanya sekedar ada yang absen, tapi semua piscrew menyatakan nggak bisa ikutan acara ini. Aku maklum juga sih karena acaranya malem dan pastinya akan sampai rumah malem banget. Tapi, ya begitulah kadang-kadang tugas jurnalistik mengharuskan kita untuk “keluar jalur”.
Malam itu di Sidoarjo, pertemuanku dengan Repvblik sangatlah eksklusif. Bisa ngobrol, ambil foto-foto eksklusif dan juga sempat mendengarkan Repvblik mendendangkan lagunya secara live. Di acara yang dibuat untuk manjain member Patah Hati Distro (Sidoarjo), Bandung Distro (Mojokerto), Error Distro (Surabaya) dan Republik Gaul (Lamongan) ini sebenarnya juga berniat manjain Peace. Cuma Peace, media yang bisa masuk ke “backstage” acara jumpa fans ini. Nah, nyesel banget kan kalo inget nggak ada piscrew yang ikutan!
Tapi, dasar bandung Distro yang tetep aja ngasih kesempatan buat piscrew untuk ketemu Repvblik. Tanggal 4 Juni, sehari setelah Repvblik tampil di Jombang, piscrew kembali diundang ke Bandung Distro karena Repvblik berkunjung ke sana. Melihat seringnya Bandung Distro dan Repvblik ketemuan, aku sempat berpikir, “Ini Repvblik dikontrak Bandung Distro kali…?” Nggak berlebihan deh kalo Bandung Distro emang distro paling “gue banget”.
Yang jelas, tanggal 4 Juni kemarin nggak disia-siain lagi oleh 2 orang piscrew yang berani minta ijin ke skul buat ngeliput acara ini. Piscrew yang lain kembali terhadang oleh tugas-tugas akademis di skul. Pastinya mereka menyesal. Kapan lagi sih kita tahu kalo ada artis tiba-tiba datang ke Mojokerto?

Banyak Aturan
Jadi piscrew tentu akan mendapat pengalaman yang menarik. Setidaknya itu yang selalu kuusahain. Kesempatan untuk ketemu band dan artis nasional tentu besar. Meski nggak bisa janji, tapi kenyataan itu memang ada. Termasuk ketika sekarang ini sudah ada kabar dari Sampoerna tentang acara Soundrenaline, acara musik pasling heboh di Indonesia. Peace dapat kabar kalo tanggal 5 Agustus besok, kota yang dapat jatah menggelar Soundrenaline adalah Surabaya. Peace pun sudah dapat kepastian untuk mengantongi 2 press-card untuk meliput acara ini. Nah, asik banget khan…!
Semua piscrew tentu akan mendapat kesempatan untuk meliput acara ini meski cuma dapat 2 ijin masuk backstage. Setidaknya piscrew yang lain tetep bisa dapat tiket dan transportasi gratis dari Peace untuk ngelihat acara ini. Tapi, apa bener semua piscrew bisa dateng ke acara yang akan digelar dari pagi sampe tengah malam ini? Aku meragukan itu… Bayangin aja, untuk ngeliput acara ini, dipastikan piscrew harus pulang sekitar jam 2 malam atau tidur di redaksi dan pulang keesokan harinya untuk kemudian langsung pergi ke sekolah untuk upacara bendera, kan hari Senin. Haah..!!!
Nah, ngeliat semua itu, sebenarnya enak nggak sih jadi piscrew? Selain nggak dapet gaji, piscrew juga harus kerja yang super capek. Belum lagi terkadang harus menabrak jam skul. Makanya itu banyak sekali aturan awal yang harus diterapkan untuk para piscrew. Kenapa sih untuk jadi piscrew harus duduk di kelas 10 atau 11? Kenapa yang SMP atau kelas 3 SMA nggak boleh? Kenapa sih untuk jadi piscrew harus dapat ijin dari ortu? Semua itu dengan sendirinya akan terjawab kalo kamu udah jadi piscrew. Ini termasuk syarat-syarat lain termasuk kenapa harus punya hape dan motor pribadi. Ah… itu semua beralasan kok. Bahkan sangat mungkin pada Piscrew Hunt mendatang ada aturan tambahan yaitu ijin dari kepsek! Gimana?
Nah, ngomongin soal Piscrew Hunt (PH) memang nggak lama lagi bakal ada PH lagi. Kita tahu, piscrew yang sekarang ini udah naik kelas 12 tahun ini. Meski masih akan menjadi piscrew hingga Juni 2008, namun di samping mereka harus sudah ada penerusnya. So, dalam beberapa bulan ini pasti ada PH lagi yang disebut Piscrew Hunt 2007,5 (baca: piscrew hunt duaribu tujuh setengah). Saat itu akan ada 3 piscrew baru yang bakal dampingin piscrew 2007. So, kalo kamu emang biat, persiapin mental dari sekarang! Tapi jangan pernah lupa untuk say no to drugs, say no to violence, just say peace...

31 May, 2007

Show Your Pride

Setiap hari banyak surat datang ke redaksi Peace. Meski kini aku nggak lagi bukain amplop-amplop itu karena udah ada piscrew, setidaknya aku lihat tulisan di pojok kiri atas amplop itu untuk tahu rubrik apa yang dikirim oleh pismania. Ada satu rubrik penting yang justru jarang sekali dikirimin pismania, pisnews. Entah kenapa ketika aku sama sekali nggak menemukan kata pisnews di sudut amplop-amplop itu, aku jadi sedikit kecewa.
Salah satu tujuan dilahirkannya Peace adalah terjadinya saling memberikan info mengenai kegiatan OSIS di skul. Dengan saling memberikan kabar tentang kegiatan di skul masing-masing pismania bisa saling belajar apa dan gimana caranya ngadain kegiatan. Ujung-ujungnya setiap skul di Mojokerto bisa saling berlomba ngadain kegiatan yang positif.
Pernah sih ada edisi yang pengirim rubrik berita agak banyak. Dan karena itu, 1 berita pun akhirnya cuma diberi tempat setengah halaman Peace. Tapi, justru kondisi seperti itu yang lebih aku suka. Meski hanya sekilas, pemberitaan tentang kegiatan skul bisa terangkat. Tentu, aku berharap edisi yang seperti ini bisa berlangsung setiap bulan.
Perlu tahu aja bahwa hampir 100% pengirim berita itu tulisannya akan muncul di Peace. Kalo misal nggak lolos mungkin karena materinya udah terlalu lama alias terlalu basi atau justru karena ada pengirim lain dari skul yang sama. Padahal di sisi lain banyak pismania yang merasa setiap bulan kirim karya tapi nggak pernah kemuat, kenapa nggak coba kirim berita aja?
Di edisi 29 kemarin, Peace hanya memuat berita dari Smansasoo dan Smanip. Kedua skul ini punya wakilnya di piscrew. Perlu tahu aja bahwa dengan jadi piscrew justru nggak bebas munculin karyanya di Peace. Piscrew nggak bakalan bisa menulis berita yang udah ditulis oleh pelajar yang bukan piscrew. Makanya selama ini piscrew masih dibatasi untuk menulis berita tentang skulnya sendiri.
Namun sekali lagi, kenapa dari skul lain nggak pernah ada kabar beritanya? Kenapa nggak ada yang kirim berita? Apa ini tanda bahwa pismania itu sebenarnya nggak bangga dengan almamaternya sendiri? Kalo kamu memang bangga dengan skul kamu, kenapa kamu nggak pengen kirim kabar soal skul kamu? Terutama buat kamu-kamu yang duduk di bangku kepengurusan OSIS, sudah saatnya kamu tergerak untuk selalu kirim berita ke Peace... Dan jangan lupa, say no to drugs, say no to violence, just say peace...

17 May, 2007

Langkah Kecil Untuk Bangsa

Tanggal 6 Mei 2007 kemarin tanpa sengaja menjadi hari yang cukup istimewa bagiku. Pagi harinya aku harus menjadi salah satu pemateri di SMAN 1 Sooko dalam acara pembekalan materi untuk para PMR (Palang Merah Remaja). Materi yang aku sampaikan adalah seputar kewirausahaan. Meski bukan seorang yang expert aku berusaha memberikan banyak pengalamanku di sana. dalam waktu 2 jam yang diberikan itu, masalah wirausaha aku bicarakan sekilas aja. Dan justru aku berbicara banyak soal nasionalisme kita yang semakin hilang di generasi muda.
Aku juga sempat memberikan tugas untuk menuliskan "langkah kecil" yang akan mereka lakukan untuk menjadikan negara kita jadi lebih baik. Dari forum ini ternyata muncul banyak langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk itu. "Aku akan berusaha melatih diri untuk selalu jujur dalam keadaan bagaimanapun," itu salah satu tulisan mereka. Iya, jujur memang sesuatu yang mudah banget kita katakan namun sama sekali bukan hal yang mudah untuk kita terapkan. Selain jujur, ada juga yang menulis tentang disiplin, hemat, nggak membuang sampah sembarangan, meningkatkan iman dan taqwa, akan selalu on-time, dan sebagainya.
Kejujuran memang paling aku tekanin dalam forum ini. Apalagi ketika ngomongin soal banyaknya isu tentang Ujian Nasional (UN) yang dibantu oleh pihak sekolah. UN yang berfungsi sebagai filter kelulusan banyak dinodai oleh pihak sekolah dan guru agar anak didik mereka bisa lulus semua. Pihak sekolah membantu anak didik memang sudah hampir menjadi sesuatu yang biasa. Bahkan untuk tahun 2007 harus dibentuk sebuah Tim Pemantau Independen untuk mencegah kecurangan sekolah.
Lalu apa gunanya fungsi pendidikan di Indonesia ini kalo untuk lulus ujian akhir aja harus dibantu dengan kecurangan? Lalu fungsi institusi pendidikan seperti sekolah itu apa? Lalu apa yang pelajar lakuin selam 3 tahun kalo untuk mendapat nilai 5 saja mereka harus dibantu? Lalu apa jadinya pendidikan Indonesia kalo lulusannya seperti ini?
Aku pun lalu sampaikan kepada mereka bahwa kejujuran harus mereka pegang teguh sampai kapanpun, termasuk ketika ujian. Kalo nanti berharap bantuan dari guru ketika ujian mending dari sekarang berhenti sekolah saja!
Selain kejujuran, banyak juga yang aku singgung dalam kesempatan ini. Aku sendiri merasa terlalu banyak yang ingin aku sampaikan hingga nggak sadar kalo waktu yang disediain udah habis. Secara keseluruhan, tulisanku yang berjudul "Wirausaha, Sebuah Pandangan Hidup" cukup mewakili apa yang aku sampaikan waktu itu karena itu memang aku jadikan makalah yang aku bagikan di forum itu.
Di sore hari, aku diberi sebuah buku oleh Lambertus Wahyu Hermawan. Dia adalah pelajar pertama yang membantu aku dalam proses produksi Majalah Peace. Selama ini Lambertus membantu menyeleksi puisi dan cerpen untuk ditampilin di Majalah Peace. Saat itu Lambertus memberikan sebuah buku berjudul "Sebab Akulah Kata", sebuah buku kumpulan puisi dari Lomba Cipta Puisi Pelajar Se-Jatim 2007 yang diadain oleh Teater Kedok SMAN 6 Surabaya. Dalam buku itu, puisi Lambertus yang berjudul "dari Siapa Untuk Siapa" juga muncul mungkin karena salah satu yang terbaik.
Aku cukup seneng dengan prestasi Lambertus. Bagiku ketika pertama kali aku membaca karyanya sekitar 2 tahun lalu, dia bukan sekedar pelajar yang suka bikin cerpen atau puisi. Dia adalah penulis muda yang sudah membawa jiwa sastra dalam dirinya. Ide dalam karyanya penuh dengan cinta yang tak biasa. Wah, aku bisa jadi puitis kalo keterusan ngomongin Lambertus. Yang pasti aku yakin dia bisa menjadi salah satu penulis ngetop suatu saat nanti. Semoga.
Mojokerto, 6 Mei 2007
Hasyim MAH