09 September, 2007

Stop Piracy

pembajakan dunia musik
Yang Penting Niatnya, Bro!

Udah lama banget Peace nggak ngebahas soal pembajakan kaset/CD. Nah, sekarang Peace pengen ingetin lagi gimana sih kita seharusnya ngadepin tren pembajakan yan luar biasas ini. Coba deh baca yang berikut dan kita renungin lagi.

Jaman cepat sekali berubah. Kemajuan teknologi memegang peran utama dalam perubahan jaman ini. Hal ini tentu juga mempengaruhi bagaimana kita dengerin musik. Kalo selama ini dengerin musik itu lewat radio, tape recorder dan konser maka sekarang fungsi tape recorder sudah tergeser dengan MP3 player. Hape tentu menjadi salah satu bagian dari bermacam bentuk MP3 player.
Di kota mojokerto hanya ada 2 toko kaset yang agak serius jualan kaset. Di sisi lain kita bisa lihat di setiap jalan protokol ada penjual VCD dan CD MP3 bajakan. Kenyataannya nggak ada CD MP3 yang original. Satu-satunya beli MP3 yang legal adalah lewat internet dan harganya sekitar $1 per lagu. Bayangin aja kalo kita pengen MP3 legal dari album terbaru Ungu maka kita harus keluar uang lebih dari 100 ribu rupiah. Dengan membeli CD MP3 bajakan yang harganya nggak sampe 10 ribu, kita bisa dapat beberapa album dari band-band yang berbeda.
Padahal jika pikir dengan logika dan hati kita, maka kita akan sadar bahwa musik Indonesia akan mati kalo pembajakan kita terusin. Kalo kita nikmatin sebuah musik tanpa membeli kaset/CD original tentu itu sama aja dengan mencuri hak dari penyanyi itu.
Masak kita mau sih jadi pencuri?
Lalu bisa nggak sih kita terbebas dari musik bajakan?
Kita cuma dengerin MP3, bukan kaset, lalu beli di mana yang tetap terjangkau?
Gimana caranya?
Peace punya cara yang tentu ini bukan langkah yang 100% legal secara hukum. Namun setidaknya jika pismania ngikutin cara ini, musisi Indonesia masih akan ngedapetin hak-haknya secara wajar. Cara ini bisa kita lakuin sampe suatu saat nanti ketika industri musik juga merubah caranya berjualan.
Memang, ada yang perlu diubah dalam sistem penjualan karya musik. Dan perlu tahu aja, Peace juga nyampein usulan perubahan cara penjualan ini ke forum musik nasional yang semoga seuatu saat nanti ada yang mau dengerin.

Cara Peace Hadapi Pembajakan
Jaman sekarang kita nggak mungkin menghindari MP3 dalam menikmati musik. Keluwesan MP3 yang bisa diputar di MP3 player, komputer atau juga hape membuat kita semakin dimudahin dalam nikmatin musik. Makanya di redaksi Peace pun, file-file musik termasuk MP3 juga tersedia.
Namun, jangan marah dulu sama Peace. Peace hanya meng-copy MP3 dari lagu-lagu yang Peace udah beli kaset originalnya. Bahkan beberapa file bukan dalam format MP3, melainkan WMA, karena Peace meng-copy dari CD original yang telah Peace beli. Tapi, bukankah Peace berarti tetap menggandakan?
Iya, makanya Peace bilang ini bukan langkah yang 100% legal. Namun setidaknya Peace hanya menikmati musik dari penyanyi yang Peace sudah beli produk aslinya. Dengan membeli kaset atau CD original, Peace tetap menghargai penulis dan penyanyi lagu tersebut.
Sempat ada sih lagu-lagu yang Peace copy sedangkan kaset aslinya belum kami beli, namun itu pasti hanya sebatas untuk mengenali musiknya. Selanjutnya Peace akan menghapus atau kalau ingin melanjutkan menikmati, Peace akan beli kaset/CD-nya.
Makanya nggak heran kalo koleksi kaset yang ada di redaksi Peace bisa dibilang belum pernah diputar di tape recorder. Paling Peace hanya membuka covernya sambil dengerin musiknya di komputer.
Nah, gimana dengan pismania? Jangan nikmatin MP3 dong kalo belum bayar ke penyanyinya. Kasihan kan penyanyinya dapat uang dari mana? Kalo kamu tetap menikmati MP3 tanpa membeli produk originalnya ya berarti kamu mencuri hak penyanyi tersebut loh…

Bukan Cuma Alasan Ekonomi
Sekilas memang alasan ekonomi yang menjadi dasar menyebarnya pembajakan. Namun terkadang orang lupa bahwa maslaah utamanya bukan di situ. Buktinya, bisnis ring back tone (RBT) atau nada sambung pribadi (NSP) laris manis.
Inilah anehnya orang Indonesia. Terutama ya kita-kita ini dari generasi muda. Kita dengan santai beli bajakan dengan alasan ekonomi tapi tetap aja berganti-ganti RBT untuk hape kita. Padahal kita tahu harga RBT per lagu per bulan mencapai 10 ribu rupiah. Dari RBT ini seorang pelajar bisa ngeluarin uang lebih dari 20 ribu per bulan karena berganti-ganti RBT.
Nah, kalo setiap bulan kita “membuang” uang untuk RBT kenapa nggak kita alihin aja untuk beli kaset yang cuma 20 ribu rupiah. Kita tahu juga kan kenikmatan RBT itu kan semu. Kita sendiri nggak pernah dengerin lagunya, sedangkan orang lain yang dengerin (karena nelepon kita) juga belum tentu nikmatin RBT kita.
So, hentikan aja deh kebiasaan pasang RBT di hape kita. Mending kita beliin kaset original. Dengan begitu kita menghormati penyanyinya sekaligus kita bisa bangga karena punya produk original yang bisa kita simpan sepanjang masa.
Menurut Peace, RBT memang sesuatu yang mubazir. Pelajar Mojokerto ada yang merasa biasa ganti RBT sedangkan di sisi lain untuk baca Majalah Peace yang harganya cuma empat ribu lima ratus rupiah (edisi regular) aja, PINJEM!! Hayo siapa? Ngaku aja deh… Asli malu! *(HM18)

peace dream: arah pendidikan

Sebuah Cita-Cita Itu…

Banyak orang yang meremehkan cita-cita. Banyak yang membiarkan hidup mengalir tanpa harus punya target yang harus dicapai. Mereka menganggap cita-cita tak begitu ada gunanya. Mungkin banyak yang setuju dengan itu, tapi tidak bagi Peace. Cita-cita dan impian adalah sebuah syarat bagi kita untuk berkembang. Tanpa cita-cita berarti mematikan potensi kita sebagai makhluk yang sempurna.

Begitu juga dengan Majalah Peace. Majalah ini hidup karena mempunyai tujuan dan impian. Lalu apa aja sih impian Majalah Peace? Berikut ini sebagian (dari sekian banyak) cerita tentang pemikiran dan konsep yang mendasari hidupnya Majalah Peace.
Negara kita ini sedang mengalami masa ketidakpastian. Banyak hal yang sebenarnya ditunggu saat reformasi 9 tahun lalu, sampai kini tak ada tanda-tanda perubahan yang berarti. Perekonomian masyarakat ya seperti ini aja, nggak maju-maju. Yang kaya makin kaya sedangkan yang miskin tetep aja miskin. Korupsi semakin ngetren. Pendidikan untuk masyarakat miskin belum terlihat. Kesehatan masih menjadi banyak kendala di masyarakat. Apa yang bisa kita perbuat untuk mempercepat perubahan itu? Atau kita hanya diam dan menunggu? Tapi sampai kapan?
Karena keadaan yang serba nggak pasti ini kehidupan masyarakat cenderung tak berarah. Pendidikan yang di manapun menjadi sesuatu yang sangat penting, di Indonesia menjadi sesuatu yang bisa dikesampingkan. Hal ini juga berlaku di Mojokerto.
Nah, kalo kita nunggu perubahan dari Jakarta (maksudnya pemerintah pusat), rasanya bakal sangat lama. Lebih baik kita mulai dari Mojokerto aja.
Pelajar, sebagai pemegang kendali di masa depan adalah generasi yang perlu diselamatkan dari serba ketidakpastian yang mungkin sudah menjangkiti orangtuanya. Seringkali orangtua menyuruh anaknya untuk berhenti sekolah padahal di sisi lain mereka bisa membeli barang-barang keperluan rumah tangga yang termasuk “tidak mendesak”.
Ini yang harus kita stop. Kamu harus berjuang untuk tetap bersekolah apapun yang terjadi, bahkan ketika ada perintah dari orangtua untuk berhenti sekolah. Dengan cara yang sopan kamu harus bisa nyadarin ortu agar utamain pendidikan buat kamu. Mereka harus ingat bahwa kamu akan hidup di masa depan yang akan sangat berbeda dengan sekarang. Mereka harus ingat bahwa kamu akan hidup di masa depan yang jauh lebih keras dari jaman sekarang.
Nah, setelah sadar akan pentingnya sekolah, gantungkan cita-cita kamu setinggi mungkin. Kalo pada akhirnya nanti kita nggak mencapai target tertinggi minimal kita bisa mendapat hasil yang sudah lumayan tinggi.
Ini dia harapan Majalah Peace kepada kamu pelajar Mojokerto:

SD - SMP - SMA = Di Mojokerto
Kuliah S1 = Di Perguruan Tinggi Negeri yang terkemuka
Kuliah S2 = Dapat beasiswa di luar negeri
Kuliah S3 = Dapat beasiswa di luar negeri
Post Doctoral = Beasiswa juga di luar negeri
Kerja = Kerja selama 3-4 tahun di perusahaan luar negeri
Pulang = Pulang ke Mojokerto lagi untuk bangun Mojokerto

Salin ke dalam buku kamu impian di atas. Pastiin kamu mempunyai harapan ke sana. Apapun disiplin ilmu yang kamu ambil, pastikan langkah-langkah di atas bisa kamu capai. Ingat, hanya kita sendiri yang bisa merubah nasib kita. Dan jangan menyerah pada nasib kita.
Sebagai usaha untuk mewujudkan itu semua, persiapin dari sekarang. Belajar yang rajin. Bolehlah kita aktif di segala macam kegiatan, tapi pelajaran di sekolah tetap menjadi yang utama. Bilang ke ortu agar menabung untuk persiapan kamu kuliah S1. Perlu tahu aja bahwa fase terberat (dari sisi biaya dan kemauan) adalah saat kita masuk kuliah S1 karena hal ini sangat dipengaruhi keputusan ortu.
Jika kamu bisa melalui fase sulit itu, maka semua akan tergantung kamu sendiri. Kamu rajin dan bernilai bagus maka biaya kuliah sampai S3 pun nggak akan jadi masalah. Semua bisa gratis, bo’.
Ingat kan soal Kak Ciptanti yang kuliah S2 di Belanda dan S3 di Swedia. Semua gratis karena Kak Ciptanti mendapat beasiswa. Bahkan rencananya Kak Ciptanti bakal di Swedia sampai program Post-Doctoralnya selesai. Hebat banget kan…?
Kak Kunta yang selama ini sempat menjadi srtaf pengajar di UGM setelah lulus S1, rencananya akan berangkat ke Tokyo bulan depan. Beasiswa S2 sudah di tangan. Meski tak selancar Kak Ciptanti yang sekarang sudah ambil S3 namun Kak Kunta tetap mengejar impiannya untuk bisa melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Sebagai informasi Kak Ciptanti dan Kak Kunta adalah teman sebaya. Mereka sama-sama lulus SMA di tahun 1997.
Sepuluh tahun setelah kelulusan dari SMA ada yang baru ambil S2 ada yang sudah mau kelar S3-nya. Keduanya sama-sama berhasilnya. Selain jadi pengajar di UGM Kak Kunta selama ini banyak bekerja dengan lembaga internasional di Jogja. Ini yang membuat bahasa Inggris Kak Kunta udah cas-cis-cus. So, meski nggak langsung ambil S2 ketika lulus S1, kita masih bisa meningkatkan skill kita. Di mana ada kemauan, di situ PASTI ada jalan. *(HM18)