Tanggal 6 Mei 2007 kemarin tanpa sengaja menjadi hari yang cukup istimewa bagiku. Pagi harinya aku harus menjadi salah satu pemateri di SMAN 1 Sooko dalam acara pembekalan materi untuk para PMR (Palang Merah Remaja). Materi yang aku sampaikan adalah seputar kewirausahaan. Meski bukan seorang yang expert aku berusaha memberikan banyak pengalamanku di sana. dalam waktu 2 jam yang diberikan itu, masalah wirausaha aku bicarakan sekilas aja. Dan justru aku berbicara banyak soal nasionalisme kita yang semakin hilang di generasi muda.
Aku juga sempat memberikan tugas untuk menuliskan "langkah kecil" yang akan mereka lakukan untuk menjadikan negara kita jadi lebih baik. Dari forum ini ternyata muncul banyak langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk itu. "Aku akan berusaha melatih diri untuk selalu jujur dalam keadaan bagaimanapun," itu salah satu tulisan mereka. Iya, jujur memang sesuatu yang mudah banget kita katakan namun sama sekali bukan hal yang mudah untuk kita terapkan. Selain jujur, ada juga yang menulis tentang disiplin, hemat, nggak membuang sampah sembarangan, meningkatkan iman dan taqwa, akan selalu on-time, dan sebagainya.
Kejujuran memang paling aku tekanin dalam forum ini. Apalagi ketika ngomongin soal banyaknya isu tentang Ujian Nasional (UN) yang dibantu oleh pihak sekolah. UN yang berfungsi sebagai filter kelulusan banyak dinodai oleh pihak sekolah dan guru agar anak didik mereka bisa lulus semua. Pihak sekolah membantu anak didik memang sudah hampir menjadi sesuatu yang biasa. Bahkan untuk tahun 2007 harus dibentuk sebuah Tim Pemantau Independen untuk mencegah kecurangan sekolah.
Lalu apa gunanya fungsi pendidikan di Indonesia ini kalo untuk lulus ujian akhir aja harus dibantu dengan kecurangan? Lalu fungsi institusi pendidikan seperti sekolah itu apa? Lalu apa yang pelajar lakuin selam 3 tahun kalo untuk mendapat nilai 5 saja mereka harus dibantu? Lalu apa jadinya pendidikan Indonesia kalo lulusannya seperti ini?
Aku pun lalu sampaikan kepada mereka bahwa kejujuran harus mereka pegang teguh sampai kapanpun, termasuk ketika ujian. Kalo nanti berharap bantuan dari guru ketika ujian mending dari sekarang berhenti sekolah saja!
Selain kejujuran, banyak juga yang aku singgung dalam kesempatan ini. Aku sendiri merasa terlalu banyak yang ingin aku sampaikan hingga nggak sadar kalo waktu yang disediain udah habis. Secara keseluruhan, tulisanku yang berjudul "Wirausaha, Sebuah Pandangan Hidup" cukup mewakili apa yang aku sampaikan waktu itu karena itu memang aku jadikan makalah yang aku bagikan di forum itu.
Di sore hari, aku diberi sebuah buku oleh Lambertus Wahyu Hermawan. Dia adalah pelajar pertama yang membantu aku dalam proses produksi Majalah Peace. Selama ini Lambertus membantu menyeleksi puisi dan cerpen untuk ditampilin di Majalah Peace. Saat itu Lambertus memberikan sebuah buku berjudul "Sebab Akulah Kata", sebuah buku kumpulan puisi dari Lomba Cipta Puisi Pelajar Se-Jatim 2007 yang diadain oleh Teater Kedok SMAN 6 Surabaya. Dalam buku itu, puisi Lambertus yang berjudul "dari Siapa Untuk Siapa" juga muncul mungkin karena salah satu yang terbaik.
Aku cukup seneng dengan prestasi Lambertus. Bagiku ketika pertama kali aku membaca karyanya sekitar 2 tahun lalu, dia bukan sekedar pelajar yang suka bikin cerpen atau puisi. Dia adalah penulis muda yang sudah membawa jiwa sastra dalam dirinya. Ide dalam karyanya penuh dengan cinta yang tak biasa. Wah, aku bisa jadi puitis kalo keterusan ngomongin Lambertus. Yang pasti aku yakin dia bisa menjadi salah satu penulis ngetop suatu saat nanti. Semoga.
Mojokerto, 6 Mei 2007
Hasyim MAH
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment