13 August, 2007

Keseimbangan

Tulisan ini pernah aku posting sebelumnya dan terhapus. Sekarang aku posting lagi

Baca review di milis, baca berita di koran, lihat berita di teve dan lihat video klip yang nggak lengkap. Hanya itu yang sampai hari ini bisa aku kerjakan untuk "menikmati" album baru Iwan Fals, 50:50. Baru hari ini aku bener-bener menikmati album itu seutuhnya karena baru kemarin aku bisa beli CD-nya ketika pergi ke Surabaya. Maklum karena tinggal di Mojokerto, kota yang kuwecil banget, aku nggak bisa beli CD di sini. Di Mojokerto cuma ada toko kaset, itupun nggak ada yang keren. Kecil dan disambi jualan yang lainnya...

Seperti di tulisanku yang berjudul "Langkah Kecil Untuk bangsa", aku selalu membeli kaset/CD yang memang aku suka musiknya. Meski selanjutnya aku copy di komputerku, setidaknya aku ingin memberi sedikit kontribusi kepada penciptanya dengan membeli karyanya. Beli kaset/CD asli adalah kewajiban ketika kita ingin menikmati lagu itu. Itu salah satu langkah kecil yang udah aku ambil.

Lumayan terkejut aku ketika aku baca cover di CD Iwan Fals. Di ucapan terima kasih yang biasa ditulis si artis dalam albumnya, Iwan menutup dengan pesan-pesannya kepada seluruh bangsa ini, setidaknya para pembeli karyanya. Pesan-pesan itu mungkin sedikit seirama dengan langkah-langkah kecil yang aku harapkan. Dan untuk orang dengan kapasitas seperti Iwan Fals tentu sudah pantas untuk menyampaikan pesannya lewat karyanya seperti ini. Tinggal kita yang baca aja, mau ngerjain atau enggak. Biar lengkap, pesannya pengen aku tulis di sini:
Tanamlah pohon, jangan disakiti. Hindari narkoba, jauhi judi, jaga diri, jangan sombong, jangan berbohong, jangan iri, jangan rendah diri, bersemangat & uletlah, jangan putus asa, jangan berhutang, lapang dadalah, pemaaf, bijaksana, jangan mengeluh, bantulah sesama, serta banyak lagi kata-kata indah yang harus segera kita beri makna. Damai di hati, damai dunia. Semoga.

Mungkin ajakan seperti ini terkesan klasik dan usang. Tapi sadarkah kita bahwa kondisi negara kita nggak akan membaik kalo kita mulai melakukan hal-hal usang seperti itu?

Tentang albumnya yang berjudul 50:50 pernah ada yang menulis bahwa 50% untuk kemanusiaan dan 50% untuk lagu cinta. Mungkin itu nggak salah, tapi menurutku akan lebih tepat jika dibilang 50% lagu ciptaan Iwan Fals sendiri, 50% lagu ciptaan penulis lain. Kenapa aku bilang lebih tepat, karena lagu sosialnya sebenarnya cuma 5 lagu dari 12 lagu yang dihidangkan. Sisanya yang 7 lagu adalah lagu tentang percintaan dengan pasangan kita. Namun, 1 lagi dari lagu cinta itu adalah ciptaan Iwan Fals sendiri yaitu yang berjudul KaSaCiMa. Lagu ini menurut ke-soktahu-anku adalah lagu yang ditulis Iwan Fals untuk istrinya. KaSaCiMa memang ditulis dengan kombinasi huruf besar dan kecil seperti itu. Pastinya itu untuk memperlihatkan bahwa KaSaCiMa adalah singkatan. Dalam lagu itu sendiri nggak ada kalimat yang menunjukkan kepanjangan dari judul itu seperti halnya TTM-nya Ratu. Di lagu itu hanya ada bait berikutini: Kasihku kasih terkasih/Sayangku sayang tersayang/Cintaku cintatercinta/Manisku manis termanis. Nah, dari bait itu kita tahu bahwa KaSaCiMa adalah singkatan dari kasih, sayang, cinta dan manis.

Atau bisa juga dibilang kalo judul album ini artinya adalah 50% lagu dari jiwa, 50% lagu untuk jualan. Meski ada lagu cintanya, semua lagu ciptaan Iwan Fals adalah lagu yang dari hati. Untuk jualan? Iya, aku pernah denger kalo Iwan harus tawar-menawar dengan Musica untuk bisa lebih banyak memasukkan lagu-lagu ciptaannya sendiri. Mungkin menurut sang produser, lagu ciptaan Iwan Fals bukanlah lagu yang "menjual" saat ini.

Jika kita melihat sejarah Iwan Fals yang pernah mengalami masa sepi. Masa di mana album barunya kurang diapresiasi oleh masyarakat di samping pemasungan yang dilakukan oleh orde baru. Masa-masa itu memang mengangkat Iwan Fals menjadi salah satu figur yang pantas dijuluki pahlawan. Namun secara ekonomi, Iwan mengalami masa-masa yang juga sulit terutama untuk keluarganya.

Di era setelah reformasi, Iwan kembali berusaha mengangkat namanya. Dan ketika albumnya "In Collaboration With" lebih laku dari pada album "Manusia Setengah Dewa", pihak produser mempertimbangkan lagi bahwa suara Iwan Fals itu memang laris namun jangan pake lagunya sendiri. Iwan Fals sendiri tentu juga menyadari bahwa dia juga perlu jualan. Nah, akhirnya lahirlah album 50:50 sebagai bentuk keseimbangan antara idealisme dan pekerjaan.

Desain covernya pun juga terlihat kesan 50:50. Warna pink yang tampak dari depan ternyata nggak memenuhi seluruh cover. Bila kita lihat secara utuh covernya, maka warna pink dan purple terlihat sama banyak. Anehnya, pink diperlihatkan di depan ketika cover dilipat. Dan juga, lirik-lirik lagu yang ditulis oleh penulis lain diletakkan di area yang juga berwarna pink. Sedangkan lagu ciptaannya sendiri diletakkan di bagian cover yang berwarna purple. Pink sendiri dipilih Iwan Fals untuk mengakomodir permintaan anaknya. So, rasanya jelas banget kalo Iwan Fals menunjukkan bahwa 50:50 adalah 50% dirinya sendiri dan 50% ruang di mana dia harus menerima pendapat orang lain.

Aku sendiri adalah pengagum berat Iwan Fals sejak dulu. Karena Iwan Fals sudah ngeluarin album ketika aku baru dilahirkan, tentu aku bisa dibilang "baru" mengenal Iwan Fals. Aku ingat sekali saat masih SMP aku membeli album pertama Iwan Fals. Album pertama yang aku beli dulu berjudul "Iwan Fals 1991". Kasetnya pun kini entah ke mana... Setelah itu, aku mulai beli album-album kompilasinya untuk mengenal lagu-lagu lamanya. Dan setiap ada album baru pun aku berusaha untuk nggak kelewatan.

Tahun 90-an itulah aku bener-bener jatuh hati sama Iwan Fals. Lagu-lagunya yang kontroversial semakin membuat aku kagum sama dia. Namun sayang karyanya sering mendapat hambatan dari penguasa saat itu. untuk tampil konser aja waktu itu, Iwan Fals sulit dapat ijin. Karena pemasungan itulah banyak karya Iwan Fals yang kurang dikenal oleh masyarakat. Mungkin karena aku cenderung kagum karena idealisme daripada musiknya, aku tetep aja selalu mencermati karya-karya Iwan Fals. Terkadang ada impian untuk main ke rumahnya dan berdiskusi ini-itu sambil meng-copy lagu-lagu di kasetku yang hilang dan kini nggak terbit lagi. Oh, seandainya... Kalo dibilang nge-fans, tentu aku nge-fans banget. Tapi kenyataannya itu nggak membuatku jadi anggota kumpulan-kumpulan pecinta Iwan Fals semacam OI. Untuk ngelihat langsung pun aku cuma pernah 2 kali. Pertama saat lihat konsernya ketika SMA di Jogja. Kedua saat aku ngeliput Soundrenaline di Bumi Marinir, Surabaya 2 tahun lalu. Biar aja aku kagumsendiri menurut versiku sambil bermimpi suatu saat mampir ke rumahnya.

Iwan Fals memang bukan sekedar selebritis. Dia artis kawakan yang masih nervous ketika menyanyi di depan kamera. Mungkin hal ini tak jauh beda dengan Chrisye. Chrisye adalah artis yang juga masih pemalu untuk bergaya di depan panggung. Mereka berdua jelas orang yang rendah hati dan jauh dari keangkuhan.

Kembali ke album 50:50, lagu yang bener-bener aku suka ketika pertama kali dengerin adalah lagu tentang Munir, Pulanglah. Lagu ini keren sayang nggak ada kata "Munir" sama sekali. Jadi, kalo aku nggak dapat informasi lain kalo lagu itu untuk Munir, mungkin aku nggak akan tahu kalo lagu itu tentang Munir. Beda dengan lagu "Bung Hatta" yang meski di dalam liriknya nggak ada kata Bung Hatta namun diberi judul Bung Hatta sehingga orang tahu itu membicarakan siapa. Namun yang paling asik dari lagu "Pulanglah" adalah ketika ada bait-bait yang dinyanyikan dengan menggunakan megaphone (kalo nggak salah sih...). Hal ini jelas berusaha melukiskan bagaimana cara Munir berjuang. Munir memang identik dengan megaphone. Berteriak lantang di tengah siang yang terik. Suaranya yang setengah habis tak menghentikannya berteriak menyampaikan kebenaran. Kenyataan ketika ada pihak yang mengharapkan kematiannya adalah bukti bahwa negara ini belum beres. Suara potongan adzan juga terdengar di laguini. Mungkin ini menunjukkan bahwa seorang Munir adalah orang yang taat pada agamanya.

Sudah saatnya kita berbuat sesuatu. Mengekor mereka tentu bukan hal yang memalukan, justru membanggakan. Mengekor mereka yang selalu menjaga keseimbangan.

Mojokerto, 15 Mei 2007

No comments: